Kamis, 06 Desember 2012

Udhiyyah


(diadopsi dari lafal Al-Kautsar pada ayat pertama surat Al-Kautsar)
Yang diturunkan sebagai penghibur Nabi Muhammad atas kematian kedua putra laki-laki beliau yang bernama Qoshim (di Makkah) dan Ibrahim (di Madinah)
Ayat Makkiyah
(yang diturunkan sebelum Nabi SAW. hijrah ke Madinah)
Surat ke-108 yang terdiri dari 3 ayat

﴿بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ﴾
إِنَّآ أَعْطَيْنَـكَ الْكَوْثَرَ ﴿١
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿٢
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاٌّبْتَرُ ﴿٣

***


﴿بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ ﴾
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
إِنَّآ أَعْطَيْنَـكَ الْكَوْثَرَ ﴿ ١
Sungguh, Kami telah memberikanmu (Muhammad) nikmat yang yang banyak.

Banyak yang berpendapat tentang penafsiran Al-Kautsar yang dijadikan sebagai nama surat ini. Ada yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah nikmat Allah yang banyak (نعم كثير), dan ada juga yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah sungai yang ada di surga sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Nabi SAW.
وروى الترمذي عن ابن عمر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الكوثر: نهر في الجنة، حافتاه من ذهب، ومجراه على الدر والياقوت، تربته أطيب من المسك، وماؤه أحلى من العسل وأبيض من الثلج "


فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿ ٢
Maka laksanakanlah sholat karena Tuhan-mu, dan berkorbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

Pada ayat kedua ini, terdapat perintah Allah untuk shalat dan berkorban sebagai tanda syukur terhadap nikmat-nikmat Allah. Secara global, lafal فصل diidentifikasikan dengan sholat fardlu lima waktu. Ada juga yang menafsirkan lafal فصل لربك itu adalah sholat ‘id yang dilaksanakan pada hari raya Kurban (‘idul Adlha), sedangkan lafal انحر itu sebagai instrumen yang menyertai shalat tersebut (menyembelih kurban dan dishodaqohkan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan).
Dari pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa udlhiyyah/kurban adalah binatang yang disembelih dengan tujuan ibadah kepada Allah pada Hari Raya ‘Idul Adlha dan tiga hari kemudian (tanggal 11, 12, dan 13 tasyrik). Lafal فصل لربك وانحر ini menunjukkan adanya perintah untuk melaksanakan sholat sunat ‘id terlebih dahulu sebelum menyembelih kurban.
وقال مطرف عن عامر الشعبي عن البراء رضى الله تعالى عنه قال قال النبي صلى الله عليه وسلم من ضحى قبل الصلاة (أي صلاة العيد) فإنما ذبح لنفسه (أي وليس أضحية) ومن ذبح بعد الصلاة فقد تم نسكه (أي عبادته) وأصاب سنة المسلمين ( أي طريقتهم) . رواه البخارى

Sejarah Permulaan Adanya Kurban
Perlu kita ketahui bahwa asal mula adanya perintah berkurban itu sejak zaman Nabi Ismail. Nabi Ibrahim yang sebelumnya sudah lama sekali baru dianugrahi putra, harus rela mengorbankan anaknya sendiri atas perintah Allah sebagai wujud syukurnya. Perintah dan peringatan tersebut biasanya kita kenal dengan hari ‘arofah dan hari tarwiyah. Lalu peristiwa yang terjadi selama perjalanan yang ditempuh oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail itu adalah termasuk bagian dari manasik haji yaitu melempar kerikil (رمي الجمرة). Hingga pada puncaknya, ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya itu dengan berat hati, Allah menggantinya dengan hewan kurban. Dari kejadian-kejadian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa budaya/adat menyembelih sudah ada sejak sebelum Rasulullah diutus membawa risalah Islam.  

Hukum Udlhiyyah
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa kurban itu wajib.
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة. حدثنا زيد بن الحباب. حدثنا عبد الله بن عياش، عن عبد الرحمن الأعرج، عن أبي هريرة؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ((من كان له سعة، ولم يضح، فلا يقربن مصلانا)) رواه ابن ماجه
Sedangkan ada pula yang berpendapat itu sunat dilakukan itu berdasar pada perintah wajib menyembelih kurban itu hanyalah kepada Nabi, dan tidak wajib bagi umatnya sebagaimana halnya sholat sunat Dluha.
أخبرنا علي بن أحمد بن عبدان أنبأ أحمد بن عبيد الصفار ثنا تمتام ثنا بن بنت السدي ح وأخبرنا أبو بكر بن الحارث الأصبهاني أنبأ أبو محمد بن حيان ثنا أبو يعلى ثنا إسماعيل بن موسى وهو بن بنت السدي ثنا شريك عن سماك عن عكرمة عن بن عباس رضى الله تعالى عنهما رفعه قال كتب علي النحر ولم يكتب عليكم زاد الأصبهاني في روايته وأمرت بصلاة الضحى ولم تؤمروا بها كذا قالا عن سماك

Ketentuan Udlhiyyah
Dalam proses penyembelihan hewan kurban, terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi, diantaranya:
1.      Hewan yang akan disembelih
Hewan yang sah untuk kurban adalah hewan yang tidak bercacat
عن البراء بن عازب قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : اربع لا تجزئ فى الاضاحى العوراء البيّن عورها والمر يضة البيّن مرضها والعرجاء البيّن عرجها والعجفاء التى لا تنفى . رواه أحمد وصححه الترمذى
Dan telah mencukupi batas umurnya untuk disembelih dengan ketentuan:
a.       Domba yang telah berumur satu tahun lebih atau sudah berganti giginya
b.      Kambing yang telah berumur dua tahun lebih
c.       Unta yang telah berumur lima tahun lebih
d.      Sapi dan kerbau yang telah berumur dua tahun lebih
2.      Waktu menyembelih kurban
Mulai setelah sholat ‘idul adlha sampai hari ke-3 tasyrik.
وحدثنا يحيى بن يحيى. أخبرنا خالد بن عبدالله عن مطرف، عن عامر، عن البراء. قال:
ضحى خالي، أبو بردة قبل الصلاة. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم (تلك شاة لحم) فقال: يا رسول الله! إن عندي جذعة من المعز. فقال (ضح بها. ولا تصلح لغيرك). ثم قال (من ضحى قبل الصلاة، فإنما
ذبح لنفسه. ومن ذبح بعد الصلاة، فقد تم نسكه وأصاب سنة المسلمين).
كل ايّام التشريق ذبح . رواه أحمد

Sunat Ketika Menyembelih
Ada beberapa hal yang disunatkan ketika menyembelih kurban, yaitu:
   1.      Membaca Basmallah (Bismillahirrohmanirrohim)
   2.      Membaca sholawat atas Nabi SAW.
   3.      Membaca takbir (Allohu Akbar)
   4.      Berdoa supaya kurban diterima Allah
   5.      Hewan yang disembelih itu hendaklah dihadapkan ke arah kiblat.

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاٌّبْتَرُ ﴿ ٣
Sungguh, orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).
Ada  riwayat yang mengemukakan bahwa ketika Nabi saw. diberi wahyu, kaum Quraisy berkata: "Terputus hubungan Muhammad dengan kita." Maka turunlah ayat ini (QS.108:3) sebagai bantahan atas ucapan mereka.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab al-Mushannif dan Ibnul Mundzir yang bersumber dari 'Ikrimah)
حدثنا أبو كريب قال : ثنا وكيع عن بدر بن عثمان عن عكرمة قال لماّ أوحى الى النبي صلّى الله عليه وسلّم قالت فريش : بتر محمّد منّا . فنزلت (( إن شانئك هو الأبتر))


Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, dari as-saudi dikemukakan bahwa kaum Quraisy menganggap kematian anak laki-laki berarti putus turunan. Ketika putra Rasulullah saw. meninggal, al-'Ashi bin Wa'il berkata bahwa Muhammaad terputus turunannya. Maka ayat ini (QS.108:3) sebagai bantahan terhadap ucapannya itu.

Dalam riwayat Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij dikemukakan bahwa ketika Ibrahim putra Rasulullah saw. wafat, kaum Quraisy berkata: "Sekarang Muhammad menjadi Abtar (putus turunannya)." Hal ini menyebabkan Nabi SAW. bersedih hati, maka turunlah ayat ini (QS.108:1-3) sebagai penghibur baginya.

قال السدي وابن زيد فلما مات لرسول الله صلى الله عليه وسلم ابنه القاسم بمكة، وإبراهيم بالمدينة، قالوا: بتر محمد، فليس له من يقوم بأمره من بعده فنزلت هذه الآية    

Wallohu a’lam,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar